Technologue.id, Jakarta - Xiaomi baru saja merilis hasil kuartal ketiga (Q3) 2025, yang mencatat pendapatan sebesar 113,1 miliar yuan, atau meningkat 22,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam sesi pemaparan laporan keuangan, perusahaan teknologi asal Tiongkok itu juga mengeluarkan peringatan serius mengenai tantangan pasar ponsel pintar global. Menurut penuturan Presiden Xiaomi, Lu Weibing, konsumen kemungkinan akan menghadapi kenaikan harga ponsel di masa mendatang.
Baca Juga:
Xiaomi 15T vs 15T Pro: Pilih Mana yang Tepat untuk Kantong Anda?
Lu Weibing menerangkan, gelombang lonjakan harga chip memori global menjadi penyebab utama kenaikan harga ponsel. Lonjakan harga chip memori, terutama DRAM dan NAND, menjadi beban besar.
Kenaikan harga chip memori dipicu oleh permintaan tinggi dari data center AI. Banyak data center sekarang butuh memori berkinerja tinggi untuk beban kerja AI, jadi produsen chip lebih fokus memproduksi memori versi server, bukan versi yang biasanya ditaruh di ponsel.
Sebagai contoh, produsen chip, seperti Samsung, mulai mengalokasikan lebih banyak kapasitas produksi ke memori berbandwidth tinggi (HBM) yang digunakan di server AI, sehingga pasokan memori biasa untuk ponsel menjadi lebih terbatas.
Baca Juga:
Xiaomi 17 Terjual 1 Juta Unit dalam Hitungan Hari
Lu memperkirakan bahwa tekanan biaya akan jauh lebih berat pada tahun depan dibanding tahun ini. Konsumen kemungkinan akan melihat kenaikan ritel produk yang cukup besar.
"Sebagian tekanan mungkin harus diatasi melalui kenaikan harga, tetapi kenaikan harga saja mungkin tidak cukup untuk sepenuhnya mengatasi tekanan biaya," ujar Lu.