Bayangkan jika setiap siswa dan guru di Indonesia memiliki kemampuan untuk 'berbicara' dengan mesin, menciptakan solusi teknologi yang menyelesaikan masalah nyata di sekitar mereka. Ini bukan lagi sekadar visi futuristik, melainkan realitas yang sedang dirajut melalui program Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 7. Dengan 564 peserta yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, program ini menjadi bukti nyata bagaimana literasi teknologi bisa didemokratisasi.
Dalam landscape ekonomi digital yang terus berubah, Indonesia menghadapi tantangan sekaligus peluang besar. Pemerintah menargetkan kebutuhan 9 juta talenta digital pada 2030, sebuah angka yang tidak bisa dicapai dengan cara-cara konvensional. Di sinilah peran perusahaan teknologi seperti Samsung menjadi krusial – bukan sekadar menjual produk, tetapi membangun ekosistem pengetahuan yang berkelanjutan.
Melangkah lebih dalam ke Stage 3 program yang bertajuk "Crafting Thoughts for Machines", SIC Batch 7 menghadirkan pendekatan revolusioner dalam pendidikan teknologi. Yang membedakan? Program ini tidak hanya menyasar pelajar dan mahasiswa, tetapi juga melibatkan 113 pendidik sebagai agen perubahan yang akan membawa AI langsung ke ruang kelas mereka. Seperti yang terlihat dalam program Siapkan Generasi Muda untuk Industri 4.0, Samsung Gelar Innovation Campus, pendekatan holistik semacam ini terbukti efektif dalam menciptakan dampak berkelanjutan.
564 Peserta, 113 Pendidik: Formula Rahasia Transformasi DigitalKomposisi peserta SIC Batch 7 layaknya sebuah masterpiece dalam strategi pendidikan. Dengan 284 siswa SMA/SMK, 280 mahasiswa, dan 113 guru serta dosen pembimbing dari 40 sekolah dan 47 kampus di seluruh Indonesia, program ini menciptakan efek domino yang calculated. Setiap pendidik yang terlibat tidak sekadar menjadi peserta pasif, tetapi menjadi multiplier effect yang akan mentransfer pengetahuan ke ratusan bahkan ribuan siswa lainnya.
Bagus Erlangga, Head of Corporate Marketing Samsung Electronics Indonesia, menegaskan filosofi di balik pendekatan ini: "Setiap peserta yang bergabung di SIC membawa potensi besar. Teknologi seperti AI menjadi bermakna ketika membantu manusia belajar, mencipta, dan menyelesaikan masalah nyata." Pernyataan ini mengingatkan kita pada komitmen jangka panjang Samsung dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia melalui berbagai inisiatif strategis.
Keberhasilan formula ini telah terbukti dalam edisi sebelumnya, seperti yang ditunjukkan oleh prestasi siswa SMKN 1 Cimahi yang menciptakan Eyeroom berkat Samsung Innovation Campus. Inovasi yang lahir dari program serupa membuktikan bahwa ketika diberikan akses dan bimbingan yang tepat, generasi muda Indonesia mampu bersaing di kancah global.
Baca Juga:
Stage 3 SIC Batch 7 yang berlangsung dari 12 November hingga 19 Desember 2025 dirancang sebagai bootcamp teknologi yang komprehensif. Dengan 14 sesi yang terbagi menjadi 10 kelas wajib (masing-masing 2 jam) dan 4 sesi mentoring kelompok, kurikulum ini tidak main-main dalam menyiapkan peserta menghadapi tantangan industri nyata.
Materi yang diajarkan mencakup AI Programming for IoT Kit, Machine Learning & Edge AI, penyusunan model dari dataset hingga evaluasi, serta integrasi AI dengan sensor IoT. Yang menarik, pendekatan pembelajaran tidak berhenti pada teori, tetapi langsung diterapkan dalam pengembangan proyek nyata dengan pendampingan mentor berpengalaman.
Ahmad Timbul Sholeh, guru dari SMK Taspen Bondowoso, membagikan pengalamannya: "SIC memberikan pengalaman belajar yang sangat menyenangkan dan membuka wawasan bagi para peserta. Materinya pun mudah dicerna dan bisa langsung saya adaptasikan ke pembelajaran siswa." Testimoni ini menunjukkan efektivitas kurikulum yang dirancang sesuai kebutuhan industri modern.
AI dan Kontribusi 12% untuk PDB Nasional: Peluang yang Tidak Boleh DilewatkanDi balik semua program pelatihan ini, terdapat narasi ekonomi yang lebih besar. Penerapan AI diprediksi mampu menyumbang 12% terhadap pertumbuhan PDB nasional – angka yang tidak bisa dianggap remeh. Potensi ekonomi ini menjadikan AI sebagai salah satu sektor paling menjanjikan untuk masa depan ekonomi digital Indonesia.
Melalui visi global "Enabling People," Samsung tidak sekadar melihat SIC sebagai program CSR biasa, tetapi sebagai investasi strategis dalam membangun ekosistem digital Indonesia. Program ini mempertemukan tiga pilar penting: pelajar sebagai future talent, pendidik sebagai knowledge multiplier, dan mentor industri sebagai practical guide.
Pendekatan holistik semacam ini sejalan dengan berbagai inisiatif sebelumnya, termasuk komitmen Samsung Innovation Campus yang telah memasuki tahun kelima. Konsistensi dalam menjalankan program semacam ini membuktikan bahwa transformasi digital membutuhkan kesabaran dan strategi jangka panjang.
Ketika 564 peserta SIC Batch 7 menyelesaikan program mereka, yang lahir bukan sekadar sertifikat tambahan di CV. Yang tercipta adalah jaringan talenta digital yang saling terhubung, pendidik yang lebih percaya diri dalam mengajar teknologi mutakhir, dan yang paling penting – keyakinan bahwa Indonesia memiliki semua bahan baku untuk menjadi pemain utama dalam revolusi AI global. Pertanyaannya sekarang: Sudah siapkah kita menyambut gelombang transformasi digital yang tidak bisa dihindari ini?