Sebaliknya, pertumbuhan pendapatan industri tidak seiring dengan pendapatan rata-rata per pengguna layanan seluler di mana terjadi penurunan sebesar 48% selama periode yang sama (dalam USD).
"Biaya yang berkaitan dengan spektrum frekuensi di Indonesia kini sudah tinggi. Rasio biaya spektrum frekuensi tahunan dibandingkan dengan pendapatan seluler di Indonesia saat ini berada pada 12,2%, sementara rasio rata-rata di kawasan APAC dan global masing-masing hanya sebesar 8,7% dan 7,0%," ujar Julian.
Baca Juga:
Peran Konektivitas dalam Percepatan Transformasi Digital
Dengan pasokan spektrum frekuensi yang berkembang signifikan di Indonesia, analisis GSMA menunjukkan bahwa pengurangan harga satuan spektrum frekuensi sangat penting guna menghindari lonjakan total biaya.
Jika tidak, operator akan kesulitan melakukan investasi yang signifikan dalam pengembangan 5G. Dampaknya, penyebaran jaringan lebih lambat, pengalaman seluler konsumen yang kurang baik, dan hilangnya potensi pertumbuhan ekonomi dari aplikasi yang menggunakan teknologi 5G.