Technologue.id, Jakarta - Pemerintah berencana untuk menaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen pada Januari 2025. Kendati demikian, masih ada potensi bahwa pelaksanaan kebijakan tersebut diundur, menunggu keputusan dari pemerintah.

Jika nantinya PPN akan naik, analis telah memprediksi dampak yang ditimbulkan, terutama dari sisi industri smartphone di Tanah Air. Kepada Technologue.id, Aryo Meidianto, Analis Pasar Smartphone & Senior Consultant di SEQARA Communications mengungkapkan kekhawatirannya.

“Kenaikan PPN 12% akan menjadi pukulan telak bagi industri smartphone di Indonesia. Harga jual smartphone yang semakin mahal dipastikan akan menekan daya beli masyarakat, terutama di segmen menengah ke bawah," ujar Aryo melalui pesan singkat.

Baca Juga:
Bocoran Gambar Samsung Galaxy S25 Ultra Terungkap, Ini Wujudnya

Segmen menengah ke bawah menurut Aryo merupakan kontributor utama pertumbuhan pasar smartphone di Indonesia. "Kenaikan PPN 12% berpotensi menimbulkan beberapa dampak negatif bagi industri smartphone di Indonesia, antara lain: penurunan permintaan terhadap smartphone baru, pergeseran preferensi konsumen ke opsi yang lebih terjangkau, dan perlambatan pertumbuhan pasar, terutama di segmen entry-level dan mid-range," jelasnya.

Aryo juga memprediksi akan terjadi peningkatan permintaan yang signifikan terhadap smartphone bekas. Harga jual smartphone baru yang semakin mahal akan membuat sebagian besar konsumen, terutama dari segmen menengah ke bawah, beralih ke pasar smartphone bekas sebagai alternatif yang lebih terjangkau.

"Hal ini akan semakin memperkuat tren yang sudah ada sebelumnya dan berpotensi mengubah lanskap pasar smartphone di Indonesia. Persaingan di antara produsen smartphone pun akan semakin ketat dalam mempertahankan pangsa pasar," terangnya.