Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
AI Musik Kuasai Spotify, Masa Depan Industri Musik Terancam?
SHARE:

Bayangkan sebuah band rock psikedelik yang tidak pernah latihan, tidak pernah tur, dan bahkan tidak memiliki personel manusia. Namun mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 1 juta pendengar bulanan di Spotify dan menghasilkan ribuan dolar. Inilah realitas baru yang dihadapi industri musik dengan kehadiran The Velvet Sundown.

Fenomena band yang sepenuhnya digerakkan oleh kecerdasan buatan ini bukan lagi sekadar eksperimen teknologi, melainkan telah menjadi pemain serius di pasar streaming musik global. Platform seperti Spotify, yang sebelumnya didominasi oleh artis manusia, kini harus berhadapan dengan konten yang sepenuhnya dihasilkan mesin.

Lanskap industri musik yang sudah berubah drastis dengan dominasi platform streaming kini menghadapi tantangan eksistensial baru. Bagaimana mungkin sebuah band virtual bisa bersaing dengan artis manusia yang menghabiskan bertahun-tahun mengasah bakat?

Revolusi Diam-Diam di Balik Layar

Biodata The Velvet Sundown di Spotify dengan jelas menyatakan: "Sebuah proyek musik fusi yang digerakkan oleh arahan kreatif manusia, dan dikomposisi, disuarakan, dan dianimasikan dengan bantuan kecerdasan buatan." Pengakuan transparan ini justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

AI Menjadi Bencana bagi Industri Musik?

Jason Palamara, asisten profesor teknologi musik di Herron School of Art and Design, memberikan perspektif mengejutkan: "Velvet Sundown memiliki musik yang jauh lebih baik daripada apa pun yang pernah kita dengar yang dihasilkan AI sebelumnya." Pernyataan ini datang dari seorang akademisi yang telah mempelajari evolusi teknologi musik selama bertahun-tahun.

Platform generatif seperti Suno dan Udio telah menjadi "standar emas" dalam pembuatan musik AI. Dengan biaya berlangganan sekitar $30 per bulan atau bahkan gratis, siapa pun sekarang bisa menghasilkan ratusan lagu hanya dengan beberapa baris perintah. Kemudahan akses ini mengubah secara fundamental cara musik diciptakan dan didistribusikan.

Gelombang Baru yang Tak Terbendung

The Velvet Sundown ternyata bukan satu-satunya. Musisi Aventhis, dengan lebih dari 600.000 pendengar bulanan di Spotify, juga terbukti menggunakan vokal dan instrumen yang dihasilkan AI. Data dari Deezer, layanan streaming musik Prancis, lebih mencengangkan lagi: 18% dari semua trek yang diunggah ke platform mereka sepenuhnya dihasilkan oleh AI.

Keith Mullin, kepala manajemen dan pemimpin kursus industri musik di Liverpool Institute of Performing Arts, mengakui bahwa ini adalah "topik terhangat saat ini." Sebagai gitaris band rock Liverpool, The Farm, Mullin memahami betul implikasi teknologi ini dari kedua sisi: sebagai musisi dan sebagai edukator.

Perkembangan teknologi AI dalam musik mengingatkan kita pada revolusi sebelumnya yang dipicu oleh platform digital lainnya. Namun kali ini, perubahan terjadi lebih cepat dan lebih mendalam.

Pertempuran Hukum yang Memanas

Label rekaman besar tidak tinggal diam. Sony Music, Universal Music Group, dan Warner Records telah mengajukan gugatan terhadap Suno dan Udio dengan tuduhan pelanggaran hak cipta besar-besaran. Inti persoalannya: apakah AI berhak menggunakan karya seni manusia tanpa izin untuk melatih algoritmanya?

Ribuan musisi dan kreator telah bergabung dalam tuntutan untuk melarang penggunaan karya mereka tanpa kompensasi. Namun, seperti diungkapkan Mullin, "Saya rasa kita tidak bisa memutar balik waktu." Pernyataan ini mencerminkan realitas yang harus dihadapi industri musik.

Profesor Palamara memperingatkan bahwa The Velvet Sundown kemungkinan hanyalah "puncak gunung es" dari apa yang akan datang. Kemajuan teknologi yang eksponensial berarti bahwa kemampuan AI dalam menciptakan musik akan terus meningkat dengan kecepatan yang sulit dibayangkan.

Dampak Nyata bagi Musisi Manusia

Bagi musisi muda seperti Tilly Louise, artis pop alternatif berusia 25 tahun dari Inggris, fenomena ini terasa sangat personal. Meskipun telah mengumpulkan jutaan streaming di Spotify, Louise mengaku tidak pernah menghasilkan cukup uang dari platform streaming untuk hidup, dan harus bekerja penuh waktu.

"Bagi sebuah band yang bahkan tidak benar-benar ada, untuk mendapatkan semua perhatian ini di media sosial, itu benar-benar mengecewakan," komentarnya dengan nada frustrasi. Sentimen ini mewakili perasaan banyak musisi yang berjuang keras untuk diakui di industri yang semakin kompetitif.

Sementara itu, di sisi lain spektrum, produser ternama seperti Timbaland justru mengadopsi teknologi ini. Pada Juni lalu, artis dan produser peraih Grammy tersebut meluncurkan Stage Zero, proyek hiburan berbasis AI yang akan menampilkan bintang pop yang dihasilkan oleh AI.

Adaptasi atau Tergilas?

Lembaga pendidikan musik mulai merespons tren ini dengan mengintegrasikan AI ke dalam kurikulum. Pendekatan yang diajarkan adalah menggunakan teknologi untuk meningkatkan proses penciptaan dan produksi musik, alih-alih menggantikan manusia sepenuhnya.

Seperti inovasi di bidang teknologi lainnya, adaptasi menjadi kunci bertahan. Para profesor musik memahami bahwa melawan arus teknologi hanya akan membuat lulusan mereka tertinggal.

Jason Palamara memprediksi bahwa AI akan "menciptakan model industri musik yang benar-benar berbeda yang belum dapat kita prediksi." Ketidakpastian ini sekaligus menakutkan dan menggairahkan bagi mereka yang berada di garis depan industri.

Industri musik telah melalui banyak transformasi besar—dari era piringan hitam ke kaset, dari CD ke MP3, dan dari download ke streaming. Setiap perubahan membawa ketakutan dan peluang baru. Kini, dengan kehadiran AI, kita mungkin sedang menyaksikan babak evolusi yang paling radikal.

Pertanyaannya bukan lagi apakah AI akan mengubah industri musik, tetapi bagaimana kita akan beradaptasi dengan perubahan yang sudah terjadi di depan mata. The Velvet Sundown mungkin hanya permulaan dari revolusi yang akan mendefinisikan ulang makna menjadi "musisi" di abad ke-21.

SHARE:

Cara Kirim Live Photo di WhatsApp untuk iPhone dan Android, Auto Bergerak!

WhatsApp Tak Bisa Ditelepon Meski Chat Centang Dua? Ini Solusinya!