Technologue.id, Jakarta - Aplikasi Sora, alat AI generatif teks-ke-video buatan OpenAI, kini resmi tersedia untuk pengguna Android melalui Google Play Store. Sementara itu, versi iOS masih terbatas di beberapa pasar dan hanya bisa diakses melalui undangan.
Meski aksesnya belum sepenuhnya terbuka, antusiasme pengguna tetap tinggi. Aplikasi ini dilaporkan telah mencapai lebih dari 1 juta unduhan dalam waktu kurang dari lima hari sejak peluncurannya.
Baca Juga:
OpenAI Sora Mulai Jual Kredit Video, Era Gratis Segera Berakhir?
Namun, di balik popularitas yang meroket, OpenAI kembali menghadapi serangkaian kontroversi dan masalah hukum terkait perilisan Sora.
Tidak butuh waktu lama bagi sebagian pengguna untuk memanfaatkan kemampuan Sora secara ekstrem. Beberapa pengguna melaporkan munculnya klip tidak pantas yang menggambarkan Martin Luther King Jr. dalam konteks yang tidak sopan, sehingga memicu kemarahan publik dan kecaman dari berbagai pihak.
Selain itu, pemerintah Jepang juga dikabarkan menegur OpenAI setelah sejumlah pengguna menggunakan Sora untuk meniru gaya visual manga dan anime populer tanpa izin. Beberapa di antaranya bahkan meniru adegan dan karakter dari waralaba ternama seperti Naruto dan Attack on Titan. Hal ini menimbulkan perdebatan sengit mengenai batas antara inspirasi dan pelanggaran hak cipta dalam dunia AI kreatif.
Masalah hukum tidak berhenti di situ. OpenAI baru-baru ini digugat oleh Cameo, platform yang dikenal memungkinkan penggemar memesan video pribadi dari selebritas, atas dugaan pelanggaran hak cipta dan merek dagang. Gugatan itu muncul setelah OpenAI merilis fitur baru bernama “Cameo” di dalam Sora, yang memungkinkan pengguna menyertakan entitas atau figur publik yang sudah ada ke dalam video yang dihasilkan AI.
Baca Juga:
Sora OpenAI Geser ChatGPT, Aplikasi Video AI Ini Meledak di App Store
Ironisnya, fitur tersebut diluncurkan sehari setelah gugatan Cameo diajukan, memperburuk persepsi publik dan memunculkan pertanyaan serius tentang pengawasan etika dan legalitas AI generatif. OpenAI sendiri belum memberikan komentar resmi, namun laporan internal menyebutkan bahwa perusahaan tengah mempertimbangkan untuk mengubah nama fitur tersebut.
Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, fitur “Cameo” tampaknya mengisyaratkan arah baru bagi OpenAI dalam strategi monetisasi Sora. Perusahaan dilaporkan tengah mengembangkan persona berlisensi berupa tokoh virtual yang dapat digunakan secara legal dalam video buatan pengguna. Model ini berpotensi membuka jalur bisnis baru bagi OpenAI melalui kerja sama dengan studio, selebritas, dan pemilik IP besar.