Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Sora OpenAI Geser ChatGPT, Aplikasi Video AI Ini Meledak di App Store
SHARE:

Dalam waktu kurang dari seminggu, sebuah aplikasi berhasil melakukan apa yang butuh waktu bertahun-tahun bagi pesaingnya: menduduki puncak App Store Amerika Serikat. Bukan sekadar aplikasi biasa, melainkan Sora dari OpenAI—platform pembuat video berbasis kecerdasan buatan yang baru saja meluncur. Dengan 627.000 unduhan iOS dalam tujuh hari pertama, Sora tak hanya memecahkan rekor, tetapi juga menggeser ChatGPT, yang sebelumnya dianggap sebagai raja aplikasi AI.

Gelombang kecerdasan buatan kreatif sedang mencapai puncaknya. Jika ChatGPT membuka era percakapan dengan mesin, Sora membawa kita ke tahap berikutnya: menciptakan realitas visual dari sekadar teks. Dalam lanskap digital yang semakin jenuh dengan aplikasi AI, pencapaian Sora menjadi penanda bahwa pengguna tidak hanya menginginkan asisten virtual, tetapi juga alat kreatif yang mampu mewujudkan imajinasi mereka.

Namun, di balik angka-angka yang fantastis tersebut, tersimpan cerita yang lebih kompleks tentang bagaimana sebuah aplikasi dengan akses terbatas justru mampu menciptakan hype yang melampaui ekspektasi. Mari kita selami lebih dalam fenomena Sora dan implikasinya terhadap masa depan konten kreatif.

Angka yang Menggebrak: Sora vs ChatGPT di Minggu Pertama

Data dari Appfigures yang dirilis Techcrunch pada 10 Oktober 2025 mengungkapkan kisah sukses yang luar biasa. Sora mencatatkan 627.000 unduhan iOS dalam tujuh hari pertama sejak peluncurannya pada 30 September 2025. Angka ini melampaui performa awal ChatGPT yang meraih 606.000 unduhan di minggu pertamanya.

Yang membuat pencapaian ini semakin menarik adalah konteks perbandingannya. ChatGPT hanya tersedia di AS saat peluncuran, sementara Sora langsung hadir di dua negara: AS dan Kanada. Meskipun demikian, ketika kita membandingkan angka hanya dari pasar AS—dimana Kanada hanya menyumbang sekitar 45.000 instalasi—Sora tetap mencapai sekitar 96% dari total instalasi ChatGPT. Artinya, bahkan dengan basis pasar yang relatif sama, Sora menunjukkan daya tarik yang lebih kuat.

Sora dari OpenAI Geser ChatGPT: Aplikasi Video AI Ini Meledak di App Store

Puncak unduhan harian terjadi pada 1 Oktober dengan 107.800 instalasi, sementara angka terendah tercatat pada 6 Oktober dengan 84.400 unduhan. Meski mengalami sedikit penurunan, performa ini tetap tergolong tinggi untuk aplikasi yang belum tersedia secara luas—terutama mengingat statusnya sebagai aplikasi khusus undangan.

Fenomena Akses Terbatas: Mengapa Eksklusivitas Justru Membuat Sora Semakin Dicari?

Berbeda dengan ChatGPT yang langsung terbuka untuk publik saat peluncuran, Sora hanya bisa diakses oleh pengguna terpilih melalui sistem undangan. Paradoksnya, justru pembatasan akses inilah yang mungkin berkontribusi pada daya tarik aplikasi tersebut. Di hari pertamanya saja, Sora berhasil meraih 56.000 pemasangan dan langsung masuk ke jajaran tiga besar aplikasi terpopuler di App Store AS.

Psikologi eksklusivitas bekerja dengan sempurna di sini. Ketika sesuatu sulit didapatkan, nilainya secara otomatis meningkat dalam persepsi publik. Sistem undangan menciptakan rasa urgensi dan keinginan yang lebih besar di kalangan pengguna yang belum mendapatkan akses. Fenomena ini mirip dengan peluncuran produk-produk teknologi premium lainnya, dimana keterbatasan pasokan justru memicu permintaan yang lebih tinggi.

Hanya dalam beberapa hari, tepatnya pada Jumat, 3 Oktober, Sora resmi menduduki peringkat pertama, mengalahkan peluncuran aplikasi AI besar lainnya seperti Claude dari Anthropic, Copilot dari Microsoft, dan bahkan menyamai hype Grok dari xAI. Pencapaian ini menunjukkan bahwa strategi peluncuran bertahap OpenAI dengan Sora justru lebih efektif dalam menciptakan buzz dibandingkan pendekatan massal yang digunakan untuk ChatGPT.

Dampak Media Sosial: Bagaimana Konten Viral Memperkuat Posisi Sora?

Popularitas Sora tidak hanya tercermin dari angka unduhan, tetapi juga dari gelombang percakapan di media sosial. Video hasil kreasi pengguna dengan model Sora 2, yang mampu menghasilkan deepfake realistis, beredar luas dan viral di berbagai platform. Kemampuan aplikasi ini dalam menciptakan konten visual yang hampir tidak bisa dibedakan dari realitas menjadi daya tarik utamanya.

Namun, di balik inovasi ini, muncul juga kontroversi yang tidak terhindarkan. Beberapa pengguna memanfaatkan fitur tersebut untuk menciptakan deepfake tokoh yang telah meninggal dunia, termasuk mendiang Robin Williams. Hal ini memicu respons emosional dari putrinya, Zelda Williams, yang meminta publik untuk berhenti menyebarkan gambar ayahnya yang dihasilkan oleh AI.

Kasus ini mengingatkan kita pada fenomena deepfake Sam Altman yang sebelumnya juga viral. Kontroversi semacam ini menunjukkan bahwa di tangan yang salah, teknologi canggih seperti Sora bisa disalahgunakan untuk tujuan yang tidak etis. Namun, ironisnya, kontroversi ini justru berkontribusi pada popularitas aplikasi tersebut, menciptakan siklus perhatian yang terus berputar.

Implikasi Jangka Panjang: Akankah Sora Menjadi Standar Baru Produksi Video?

Fenomena Sora menandai babak baru dalam evolusi aplikasi AI kreatif. Dengan kemampuan menghasilkan video yang mendekati kenyataan dan antarmuka yang intuitif, Sora membuka peluang baru bagi para kreator konten, filmmaker, dan pengguna umum yang ingin bereksperimen dengan teknologi visual generatif.

Yang menarik adalah potensi disruptif Sora terhadap industri kreatif konvensional. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin Sora akan menjadi standar baru dalam produksi video berbasis AI, melampaui ekspektasi dan menetapkan benchmark baru di industri kreatif digital. Kemampuannya dalam menciptakan konten visual berkualitas tinggi dengan input yang relatif sederhana bisa mengubah cara kita memproduksi dan mengonsumsi konten visual.

Namun, pertanyaan etis tetap mengemuka. Seperti yang terlihat dalam dugaan pemanfaatan konten YouTube tanpa izin untuk melatih Sora, isu hak cipta dan etika pengembangan AI masih menjadi tantangan besar. Demikian pula dengan kekhawatiran menjelang Pemilu AS mengenai potensi penyalahgunaan teknologi ini untuk menciptakan konten politik yang menyesatkan.

Terlepas dari semua tantangan tersebut, satu hal yang pasti: Sora telah membuktikan bahwa ada pasar yang besar dan antusias untuk alat kreatif berbasis AI. Ketika ChatGPT membuka pintu untuk interaksi teks dengan mesin, Sora membuka jendela menuju dunia dimana imajinasi bisa diwujudkan dalam bentuk visual dengan mudah dan cepat. Dan bagi industri kreatif, ini mungkin hanya awal dari revolusi yang jauh lebih besar.

SHARE: