
Technologue.id, Jakarta – Dunia maya kini makin rawan, terutama dengan masuknya kecerdasan buatan ke gudang senjata para pelaku kejahatan siber. Laporan Lanskap Ancaman Global 2025 dari FortiGuard Labs membeberkan fakta bahwa serangan siber otomatis melonjak tajam, didorong pemanfaatan AI dan teknik baru oleh aktor jahat.
Sepanjang 2024, aktivitas pemindaian otomatis melonjak 16,7% secara global. Ini jadi indikator jelas bahwa pelaku ancaman kian agresif memetakan sistem terbuka sejak awal guna mengeksploitasi celah sebelum sempat ditambal.
Fortinet mencatat hingga 36.000 pemindaian per detik, membidik layanan kritikal seperti SIP, RDP, serta protokol OT/IoT. Ini bukan hanya soal volume, tapi tentang kecepatan dan presisi yang tidak lagi bisa ditangani oleh metode pertahanan tradisional.
Baca juga:
Survey: Seberapa Besar Orang Indonesia Percaya Berita Buatan AI?
Menurut Derek Manky dari FortiGuard Labs, AI dan otomatisasi telah mengubah lanskap keamanan digital. Panduan lama tak lagi relevan, organisasi kini butuh sistem pertahanan berbasis kecerdasan, zero trust, dan pengawasan berkelanjutan.
Serangan juga kian menyasar sektor strategis, dengan manufaktur, layanan bisnis, dan ritel sebagai target utama. Kampanye serangan dibuat spesifik, memanfaatkan eksposur sektor demi efektivitas maksimal.
“Tanpa pendekatan proaktif dan cerdas, defender akan selalu satu langkah di belakang. Inilah urgensi bagi perusahaan untuk bertransformasi dalam strategi keamanan mereka,” jelas Manky.