Technologue.id, Jakarta - Pandemi COVID-19 secara nyata telah memusnahkan bisnis inti Airbnb. Jaringan hotel online itu terpaksa memecat karyawannya untuk efisiensi keuangan dan bertahan selama kondisi keuangan yang sulit ini.
Dilansir dari TechCrunch (5/5/2020), mereka merumahkan 1.900 karyawan, atau lebih dari 25 persen dari tenaga kerjanya, untuk menghemat biaya selama krisis. Meski tidak membeberkan negara-negara mana yang akan paling terpengaruh, namun memo dari CEO Airbnb Brian Chesky mengatakan bahwa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan memengaruhi Transportation, Airbnb Studios, Hotel dan Lux.
Baca Juga:
Lesu Ekonomi, Karyawan Grab Terancam PHK?
Meski begitu, perusahaan mengaku telah memberikan pesangon yang sesuai dengan ketentuan yang ada.
Staf yang dipecat akan menerima rincian gaji selama 14 minggu, ditambah satu minggu lagi untuk setiap tahun mereka bekerja di Airbnb. Selain itu, mereka juga mendapatkan asuransi kesehatan satu tahun di AS.
Sementara bagi pekerja internasional akan mendapatkan perlindungan kesehatan hingga akhir tahun 2020. Karyawan yang telah bekerja selama kurang dari setahun dapat membeli opsi saham pribadi mereka.
Baca Juga:
Dilanda Corona, Telkomsel Bebas PHK
Dampak Corona bagi bisnis hotel online Airbnb menyisakan utang sebesar US$ 2 miliar. Jaringan pasar daring dan penginapan rumahan ini harus berjuang meningkatkan modal selama pandemi melanda. Belum lagi, kebijakan lockdown di sejumlah negara makin memperparah tingkat pemesanan hotel.