Bayangkan sedang bersantai di lounge bandara eksklusif, menikmati fasilitas premium sebelum penerbangan, ketika tiba-tiba hidup Anda berubah dalam sekejap. Bukan karena panggilan boarding, melainkan ledakan tak terduga dari benda yang selama ini Anda anggap tak berbahaya: power bank di saku celana.
Inilah kenyataan pahit yang dialami seorang pria berusia 50 tahun di Bandara Internasional Melbourne pada Kamis (6/11/25) pagi. Saat duduk tenang di lounge bisnis Qantas, power bank berbasis lithium miliknya tiba-tiba mengalami panas berlebih, meledak, dan terbakar di dalam saku. Insiden yang terjadi dalam sepersekian detik itu langsung mengubah ruang tunggu mewah menjadi arena kepanikan massal.
Kejadian di Melbourne ini bukanlah insiden pertama, namun menjadi pengingat paling nyata tentang betapa rapuhnya teknologi yang kita andalkan sehari-hari. Dalam era di mana perangkat elektronik menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern, kejadian ini memaksa kita untuk mempertanyakan: seberapa amankah teknologi yang kita bawa ke mana-mana?
Dari Santai Menjadi Horor dalam Hitungan DetikLedakan kecil itu terjadi begitu cepat, namun dampaknya masif. Semburan api dan asap tebal langsung memenuhi lounge eksklusif yang dipenuhi penumpang kelas bisnis. Yang lebih mengerikan, menurut kesaksian seorang saksi mata kepada The Age, cairan asam baterai menyembur ke segala arah setelah power bank meledak. Bayangkan betapa berbahayanya bahan kimia korosif tersebut bagi kulit dan pernapasan.
Respons cepat menjadi penyelamat dalam situasi kritis ini. Staf lounge langsung bertindak dengan membawa korban ke kamar mandi untuk menyiram tubuhnya, langkah tepat yang mencegah luka bakar semakin parah. Sementara itu, petugas bandara mengevakuasi sekitar 150 orang dari area tersebut dengan efisien, mencegah kepanikan yang bisa berujung pada insiden lebih besar.
Leanne Tonkes, produser film Australia yang berada di lokasi, menggambarkan suasana mencekam tersebut melalui unggahan media sosialnya. "Semoga pria yang terbakar saat memegang power bank itu dalam keadaan baik," tulisnya di Instagram. Ia juga memuji respons sigap para penumpang dan staf yang membantu korban serta proses evakuasi.
Pelajaran Berharga dari Insiden MelbourneSetelah mendapat pertolongan pertama dari paramedis, korban dibawa ke rumah sakit dalam kondisi stabil dan akhirnya diperbolehkan pulang. Namun, trauma fisik dan psikologis yang ditinggalkan mungkin akan bertahan lebih lama. Lounge Qantas sendiri dibersihkan secara menyeluruh dan kembali dibuka sekitar dua jam setelah kejadian, tapi pelajaran yang bisa diambil jauh lebih dalam dari sekadar pembersihan fisik.
Insiden ini memicu respons serius dari Qantas. Maskapai tersebut kini sedang meninjau ulang kebijakan keselamatan terkait pembawaan baterai lithium, termasuk power bank portabel. Rencana pembaruan aturan resmi akan diumumkan dalam waktu dekat, langkah preventif yang seharusnya sudah menjadi standar industri penerbangan global.
Baca Juga:
Yang membuat insiden Melbourne semakin mengkhawatirkan adalah fakta bahwa ini bukan kejadian terisolasi. Pada Juli lalu, penerbangan Virgin Australia rute Sydney-Hobart mengalami kepanikan serupa ketika power bank yang disimpan di loker bagasi atas meledak di tengah penerbangan. Setelah kejadian itu, Virgin Australia langsung memperbarui kebijakannya dengan meminta penumpang menyimpan power bank di tempat yang terlihat dan mudah dijangkau.
Pola yang sama bahkan terjadi dalam skala lebih besar. Pada Januari lalu, kebakaran hebat yang menghancurkan sebuah pesawat penumpang di Korea Selatan diduga kuat disebabkan oleh power bank portabel. Rentetan insiden ini menunjukkan bahwa industri penerbangan global sedang menghadapi tantangan baru yang tidak bisa dianggap remeh.
Beberapa maskapai besar sudah mengambil langkah ekstrem. Emirates, Cathay Pacific, China Airlines, Korean Air, dan Singapore Airlines telah melarang penggunaan serta pengisian daya power bank selama penerbangan. Langkah pencegahan tambahan ini menjadi bukti bahwa risiko kebakaran di udara dianggap sangat serius.
Kebijakan Penyimpanan yang Harus DiperhatikanBanyak maskapai kini mengimbau penumpang untuk selalu menyimpan power bank di tempat yang mudah dijangkau, seperti di saku kursi atau dalam tas di bawah kursi depan, bukan di kompartemen bagasi atas. Logika di balik aturan ini sederhana: jika terjadi panas berlebih atau kebakaran, awak kabin dan penumpang bisa segera mengakses dan menanganinya sebelum situasi menjadi tak terkendali.
Selain aturan penyimpanan, sejumlah maskapai juga membatasi jumlah dan kapasitas baterai isi ulang yang boleh dibawa. Beberapa hanya memperbolehkan dua power bank dengan kapasitas antara 100Wh hingga 160Wh per orang. Pembatasan ini bukan tanpa alasan, mengingat teknologi baterai yang semakin canggih juga membawa risiko tertentu jika tidak dikelola dengan tepat.
Penting untuk dipahami bahwa baterai lithium, meskipun telah menjadi tulang punggung perangkat elektronik modern, memiliki karakteristik khusus yang memerlukan penanganan hati-hati. Seperti halnya perangkat teknologi lainnya yang membutuhkan pemahaman mendalam tentang fitur keamanannya, power bank juga memiliki potensi risiko yang harus diwaspadai.
Masa Depan Keselamatan Baterai di Transportasi UdaraInsiden di Melbourne menjadi alarm pengingat bagi seluruh industri penerbangan tentang bahaya potensial dari baterai lithium yang rusak atau mengalami panas berlebih. Meskipun perangkat semacam power bank sudah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan digital kita, penggunaannya di ruang publik seperti bandara dan pesawat memerlukan tingkat kewaspadaan tinggi.
Kesadaran penumpang menjadi faktor kunci dalam mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Mulai dari memeriksa kondisi fisik power bank, menghindari penggunaan produk berkualitas rendah, hingga mematuhi aturan penyimpanan selama penerbangan - setiap langkah kecil berkontribusi pada keselamatan bersama.
Industri penerbangan sendiri perlu mengembangkan standar keselamatan yang lebih ketat dan edukasi yang lebih masif kepada penumpang. Bukan tidak mungkin di masa depan akan muncul teknologi baterai yang lebih aman, atau sistem pendeteksi dini yang bisa mencegah insiden seperti di Melbourne terjadi lagi.
Ketika teknologi terus berkembang dengan kecepatan luar biasa, tanggung jawab kita sebagai pengguna justru semakin besar. Power bank yang meledak di Bandara Melbourne bukan sekadar berita sensasional, melainkan cerita nyata tentang bagaimana kemudahan teknologi modern bisa berbalik menjadi ancaman jika kita lengah. Kejadian ini mengajarkan bahwa dalam era yang serba terhubung, kewaspadaan dan pengetahuan tentang produk yang kita gunakan justru menjadi mata uang yang paling berharga untuk keselamatan kita sendiri.