Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Penjualan Jaecoo Anjlok 46%, Bisakah J5 EV Selamatkan Pasar?
SHARE:

Data penjualan Oktober 2025 mengungkap fakta mengejutkan: Jaecoo, jenama otomotif Tiongkok yang sempat digadang-gadang sebagai pendobrak pasar, justru mengalami kemerosotan drastis. Bagaimana mungkin merek yang baru setahun hadir di Indonesia sudah menunjukkan gejala kelelahan di tengah persaingan yang semakin sengit?

Berdasarkan catatan resmi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), performa Jaecoo mengalami penurunan signifikan dalam dua bulan berturut-turut. Setelah mencapai puncak penjualan pada Agustus 2025 dengan 318 unit, grafik penjualan wholesales (dari pabrik ke diler) anjlok 46% menjadi hanya 109 unit pada Oktober. Yang lebih memprihatinkan, tren penurunan ini konsisten terjadi di kedua sisi penjualan—baik wholesales maupun retail.

Lantas, apa sebenarnya yang terjadi di balik tirai kesuksesan awal Jaecoo? Mengapa merek yang hadir dengan janji teknologi hybrid canggih dan desain urban off-road ini kesulitan mempertahankan momentum positifnya? Mari kita telusuri lebih dalam akar permasalahan dan strategi penyelamatan yang sedang dijalankan.

Data Penjualan yang Mengkhawatirkan

Angka-angka dari Gaikindo berbicara lebih keras daripada janji marketing manapun. Penjualan wholesales Jaecoo pada Oktober 2025 tercatat hanya 109 unit, turun drastis dari 202 unit di bulan sebelumnya. Sementara di sisi retail sales (diler ke konsumen), terjadi penurunan 19,5% dari 174 unit menjadi 140 unit dalam periode yang sama.

Jika kita melihat performa kumulatif sepanjang Januari-Oktober 2025, Jaecoo baru berhasil membukukan 749 unit wholesales dan 604 unit retail sales. Angka yang cukup jauh dari ekspektasi untuk merek yang mengusung teknologi hybrid dan mengincar segmen premium. Data penjualan periode Juni-September 2025 sebelumnya memang menunjukkan tren positif, namun kini terbukti tidak berkelanjutan.

Dari Puncak ke Lembah dalam Dua Bulan

Jaecoo resmi memulai kiprahnya di Indonesia pada 20 Januari 2025 melalui peluncuran Jaecoo J7, SUV hybrid dengan konsep urban off-road. Kehadirannya sempat mencuri perhatian publik dan industri otomotif nasional. Namun, seperti pepatah "sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui"—tampaknya Jaecoo terlalu optimis dengan respons awal pasar.

Puncak penjualan pada Agustus 2025 dengan 318 unit ternyata hanya menjadi euforia sesaat. Sejak September, penjualan konsisten menurun, menandai dua bulan berturut-turut Jaecoo mengalami pelemahan. Fenomena ini mengingatkan kita pada pola yang sering terjadi pada merek-merek baru: antusiasme awal yang tinggi, diikuti oleh penurunan ketika harus bersaing dalam jangka panjang.

Persaingan yang Semakin Ketat dan Tidak Terduga

Pasar SUV di Indonesia kini bagai medan perang dengan banyak pendekar baru. Baik dari Jepang maupun sesama produsen Tiongkok seperti BYD dan Geely, semua berebut perhatian konsumen Indonesia yang semakin kritis. Dalam situasi seperti ini, keunggulan teknologi saja tidak cukup—yang dibutuhkan adalah ekosistem yang komprehensif.

Jaecoo, sebagai bagian dari Chery Group, memang membawa visi menghadirkan kendaraan SUV tangguh dan berteknologi tinggi. Namun, performa penjualan Oktober membuktikan bahwa penetrasi jenama baru di pasar Indonesia tidak semudah membalik telapak tangan. Konsumen Indonesia kini lebih cerdas dan memiliki banyak pilihan—mereka tidak hanya melihat spesifikasi, tetapi juga nilai jangka panjang, jaringan layanan, dan reputasi merek.

Strategi Penyematan: Jaecoo J5 EV sebagai Penyelamat?

Menyadari tantangan yang dihadapi, Jaecoo Indonesia mengambil langkah strategis dengan meluncurkan SUV listrik Jaecoo J5 EV pada 3 November 2025. Dengan harga mulai Rp249 juta untuk varian Standar dan Rp299 juta untuk varian Premium, Jaecoo berharap dapat menjangkau lebih banyak konsumen di segmen mobil listrik terjangkau.

Country Director Jaecoo Indonesia, Max Zhou, dalam pernyataannya menyebutkan: "Dengan harga yang kompetitif, kami ingin menghadirkan kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi jalan di Indonesia." Strategi penetapan harga ini jelas ditujukan untuk bersaing langsung dengan pemain lain di segmen kendaraan listrik entry-level.

Namun, pertanyaannya adalah: apakah strategi harga murah cukup untuk membalikkan tren negatif? Atau justru akan menimbulkan persepsi bahwa Jaecoo adalah merek "murahan" di mata konsumen Indonesia yang semakin selektif?

Tantangan Nyata di Lapangan: Kepercayaan dan Jaringan

Di balik semua strategi marketing dan peluncuran produk baru, Jaecoo menghadapi dua tantangan fundamental yang tidak bisa diabaikan: membangun kepercayaan pasar dan memperluas jaringan purnajual yang masih terbatas di sejumlah kota besar.

Konsumen Indonesia, terutama di segmen menengah ke atas, sangat memperhatikan aspek after-sales service. Bagaimana mungkin mereka akan membeli mobil premium jika jaringan servisnya terbatas dan sulit dijangkau? Ekspansi dealer ke Yogyakarta memang langkah positif, namun masih terlalu sedikit untuk sebuah negara sebesar Indonesia.

Lebih dalam lagi, sebagai bagian dari Chery Group, Jaecoo sebenarnya memiliki potensi untuk memanfaatkan pengalaman induk perusahaannya dalam bersaing di pasar global. Strategi Chery Group di pasar Eropa yang mengandalkan mobil listrik Omoda dan Jaecoo bisa menjadi pembelajaran berharga untuk pasar Indonesia.

Pelajaran untuk Merek Baru di Pasar Indonesia

Kisah Jaecoo seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi semua merek baru yang ingin masuk ke pasar otomotif Indonesia. Keberhasilan awal tidak menjamin kesuksesan jangka panjang. Dibutuhkan lebih dari sekadar produk bagus dan harga kompetitif—yang diperlukan adalah kesabaran membangun kepercayaan, konsistensi dalam layanan, dan komitmen jangka panjang.

Dengan semakin ketatnya persaingan di segmen mobil listrik dan hybrid, Jaecoo harus bekerja ekstra untuk memperkuat branding, meningkatkan layanan purna jual, dan menjaga konsistensi pasokan produk. Tahun 2026 akan menjadi penentu—apakah Jaecoo bisa bangkit dari keterpurukan, atau justru menjadi sekadar catatan kaki dalam sejarah otomotif Indonesia.

Yang pasti, konsumen Indonesialah yang akan menjadi pemenang sebenarnya dalam persaingan ini. Dengan semakin banyaknya pilihan dan semakin ketatnya kompetisi, merek-merek otomotif dipaksa untuk memberikan yang terbaik—baik dalam hal produk, harga, maupun layanan. Dan dalam ekosistem seperti ini, hanya yang terkuat dan paling adaptif yang akan bertahan.

SHARE:

Mozilla Kembangkan AI Window di Firefox

Laporan e-Conomy SEA 2025: Ekonomi Digital Indonesia Hampir Capai GMV $110 Miliar