Nama Nadiem Makarim kembali ramai dibicarakan. Bukan soal Gojek atau program Merdeka Belajar, tapi karena status barunya sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi laptop Chromebook.

Buat yang lupa, Chromebook adalah laptop berbasis ChromeOS dari Google. Kejaksaan Agung menduga ada masalah besar dalam pengadaan laptop senilai hampir Rp10 triliun yang sempat jadi sorotan publik.

Perangkat ini sebenarnya cocok untuk sekolah karena ringan dan simpel, tapi punya kelemahan: butuh internet stabil biar bisa maksimal. Nah, masalahnya, sebagian besar sekolah di daerah 3T belum punya akses internet yang memadai.

Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus, Kuntadi, menyebut Nadiem punya peran sentral dalam kebijakan pengadaan ini. "Yang bersangkutan diduga mengarahkan pengadaan Chromebook, padahal ada masukan teknis bahwa perangkat ini tidak sesuai untuk kondisi banyak sekolah di daerah," ujarnya dalam konferensi pers.

Nilai kerugian negara yang dihitung sekitar Rp1,9 triliun. Angka sebesar itu bikin publik geleng-geleng, apalagi karena tujuan awalnya adalah mendukung digitalisasi sekolah.

Sekarang, yang tersisa justru pertanyaan: apakah langkah ini benar demi pendidikan, atau malah jadi celah korupsi berjubah teknologi?

Nadiem sendiri menegaskan bahwa dirinya tidak bersalah. Ia menyebut integritas dan kejujuran adalah prinsip hidupnya, dan percaya kebenaran akan muncul. Proses hukum masih berjalan, dan publik masih menunggu bagaimana akhir kisah ini.