Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
Mobil Listrik Tanpa Rem Belakang? Ini Klaim Revolusioner Mercedes
SHARE:

Bayangkan sebuah mobil performa tinggi yang melaju dengan tenang, lalu tiba-tiba harus berhenti mendadak. Apa yang Anda dengar? Dentingan logam, gesekan keras, dan mungkin sedikit asap dari rem yang bekerja keras. Sekarang, hapuskan semua itu dari pikiran Anda. Bagaimana jika mobil itu bisa berhenti dengan tenang, hampir tanpa suara, dan tanpa menggunakan rem konvensional di roda belakangnya? Itulah masa depan yang sedang dirajut oleh Mercedes-Benz, sebuah visi di mana komponen mekanis yang telah berusia lebih dari seabad digantikan oleh kecerdikan elektromagnetik.

Bobot selalu menjadi musuh bebuyutan dalam dunia otomotif, terlebih untuk kendaraan listrik (EV). Setiap kilogram tambahan dari baterai harus dikompensasi dengan efisiensi yang lebih tinggi, atau daya jelajah yang terpangkas. Inovasi demi inovasi lahir untuk mengikis bobot mati ini, dari material komposit hingga desain baterai yang lebih padat energi. Namun, ada satu area yang seolah menjadi 'beban sakral' yang tak tersentuh: sistem pengereman. Kaliper, cakram, kampas, dan seluruh mekanisme pendukungnya adalah barang wajib yang beratnya bisa mencapai puluhan kilogram. Tapi, benarkah mereka masih wajib di era motor listrik yang semakin canggih?

Pertanyaan provokatif itu kini dijawab dengan langkah nyata oleh Mercedes-Benz melalui anak perusahaannya, YASA. Mereka tak sekadar memprediksi, tetapi secara terbuka mengklaim telah memiliki teknologi yang dapat membuat rem belakang konvensional menjadi usang. Klaim ini bukan datang dari ruang desain yang penuh sketsa konsep, melainkan dari pabrik yang telah memproduksi motor listrik axial flux generasi baru dengan spesifikasi yang membuat insinyur mana pun terkesima. Inilah awal dari sebuah revolusi struktural dalam kendaraan listrik.

Motor Ajaib 12,7 Kg yang Mengubah Segalanya

Inti dari klaim revolusioner ini terletak pada sebuah benda yang secara fisik terlihat sederhana: sebuah motor listrik axial flux yang berbobot hanya 12,7 kilogram. Angka itu sendiri sudah luar biasa untuk sebuah komponen yang mampu menghasilkan tenaga puncak hingga 1.006 horsepower. Bayangkan, kekuatan lebih dari seribu kuda yang dikemas dalam sebuah paket yang lebih ringan dari koper kabin. Kepadatan dayanya mencapai 59 kW per kilogram, sebuah angka yang menjadi penanda betapa efisiennya teknologi ini.

Namun, keajaiban sebenarnya bukan terletak pada tenaga yang dihasilkan, melainkan pada kemampuan yang sering diabaikan: pengereman regeneratif. Motor listrik pada dasarnya adalah perangkat dua arah. Ia dapat mengubah energi listrik menjadi gerak (motor), dan sebaliknya, mengubah gerak menjadi energi listrik (generator). Prinsip inilah yang dimanfaatkan untuk mengisi ulang baterai saat kendaraan melambat. Yang dilakukan YASA adalah memaksimalkan efisiensi proses regeneratif ini hingga level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Simon Odling, Kepala Teknologi Baru YASA, dengan percaya diri menyatakan, "Berkat kemampuan regeneratif yang luar biasa, sistem ini berpotensi mengecilkan ukuran rem belakang secara dramatis—atau bahkan menghilangkannya sama sekali pada arsitektur tertentu." Pernyataan ini bukanlah angan-angan. Motor axial flux yang dirancang untuk konfigurasi in-wheel (ditempatkan di dalam roda) pada platform listrik generasi mendatang ini memiliki kontrol torsi yang sangat presisi dan responsif. Ia dapat memberikan gaya pengereman elektromagnetik yang sangat kuat dan terkontrol, menggantikan fungsi utama dari rem cakram konvensional di situasi berkendara sehari-hari.

Penghematan 200 Kg dan Ruang Desain yang Meluas

Lalu, apa dampak nyata dari menghilangkan rem belakang? Jawabannya monumental, terutama dalam perspektif rekayasa kendaraan. Menurut perhitungan perusahaan, penghapusan komponen seperti kaliper, cakram, kampas rem belakang, serta poros penggerak yang tidak lagi diperlukan, dapat menghemat bobot hingga 200 kilogram untuk model existing yang dimodifikasi. Angka itu melonjak drastis menjadi 500 kilogram untuk kendaraan yang dirancang dari nol dengan mengadopsi arsitektur ini sepenuhnya.

Penghematan setengah ton bukanlah hal sepele. Dalam dunia EV, pengurangan bobot sebesar itu langsung diterjemahkan menjadi peningkatan jarak tempuh yang signifikan, atau memungkinkan penggunaan baterai yang lebih kecil untuk mencapai jarak yang sama. Ini adalah solusi elegan untuk salah satu paradoks terbesar EV: menambah baterai untuk jarak lebih jauh justru menambah berat yang mengurangi efisiensi. Dengan teknologi YASA, efisiensi didapatkan dengan cara mengurangi, bukan menambah.

Manfaatnya tidak berhenti di angka timbangan. Hilangnya komponen rem mekanis belakang membuka ruang desain yang sangat luas. Para insinyur aerodinamika dapat merancang bagian bawah kendaraan yang lebih rata dan halus tanpa harus berkompromi dengan rumah rem. Tata letak kabin juga mendapat keuntungan, karena terowongan transmisi tengah yang biasanya diperlukan untuk menggerakkan roda belakang pada penggerak semua roda konvensional bisa dihilangkan atau dimodifikasi, menciptakan lantai yang rata dan ruang kaki yang lebih lega. Inovasi ini sejalan dengan tren yang juga dilakukan pabrikan lain dalam mengoptimalkan paket kendaraan listrik, seperti yang terlihat pada skuter listrik dengan jangkauan optimal yang fokus pada efisiensi sistem secara keseluruhan.

Jalan Panjang Menuju Realisasi: Dimulai dari Mercedes-AMG GT

Lantas, kapan kita bisa menyetir mobil tanpa rem belakang ini? Implementasi awal teknologi YASA akan diperkenalkan pada sedan dan SUV all-electric Mercedes-AMG GT 4-Door. Namun, ada catatan penting: pada model pertama ini, motor axial flux yang luar biasa itu belum akan dipasang dalam konfigurasi in-wheel yang ideal. Sebagai permulaan, Mercedes akan menggunakan satu motor di depan dan dua motor di belakang dalam konfigurasi yang lebih tradisional, meski sudah memanfaatkan teknologi axial flux.

Langkah bertahap ini masuk akal. Konfigurasi in-wheel, meski menjanjikan penghematan ruang dan berat yang maksimal, membawa tantangan tersendiri seperti manajemen panas, guncangan (unsprung mass), dan kompleksitas integrasi dengan sistem suspensi. Dengan mendahulukan teknologi motornya terlebih dahulu, Mercedes dan YASA dapat memvalidasi keandalan dan performa inti sebelum melompat ke arsitektur yang lebih radikal. Pendekatan bertahap semacam ini juga mencerminkan bagaimana teknologi tinggi diperkenalkan, mirip dengan evolusi yang terjadi di dunia gadget, seperti pada Lenovo Legion Go 2 yang menyempurnakan konsep handheld gaming.

Motor axial flux ini tidak bekerja sendirian. Ia akan dipasangkan dengan inverter dual yang juga dikembangkan secara internal oleh YASA, dengan bobot hanya 15 kg. Pasangan ini menjadi jantung dari sistem penggerak baru, yang tidak hanya tentang berakselerasi kencang, tetapi juga tentang berhenti dengan efisien dan cerdas.

Masa Depan yang Lebih Sederhana dan Efisien

Klaim Mercedes dan YASA ini bukan sekadar pamer teknologi. Ini adalah penanda arah perjalanan industri otomotif listrik ke depannya: menuju penyederhanaan struktural. Kendaraan listrik pada dasarnya memiliki bagian bergerak yang jauh lebih sedikit daripada mobil konvensional. Penghapusan rem belakang konvensional adalah langkah logis berikutnya dalam proses penyederhanaan itu. Ini mengurangi kompleksitas, mengurangi kebutuhan perawatan (tidak ada lagi kampas rem belakang yang harus diganti), dan pada akhirnya, berpotensi mengurangi biaya produksi dalam skala besar.

Tentu, pertanyaan keamanan akan selalu mengemuka. Apakah pengereman regeneratif saja cukup untuk situasi darurat? Kemungkinan besar, rem depan konvensional atau sistem pengereman darurat lainnya akan tetap dipertahankan untuk berjaga-jaga. Namun, untuk 90% kondisi berkendara sehari-hari, gaya pengereman dari motor listrik ini sudah lebih dari cukup. Visi ini sejalan dengan semangat inovasi yang mendorong batas, serupa dengan terobosan yang ditampilkan dalam XPENG AI Day 2025 yang memadukan robotika dan mobilitas terbang.

Revolusi mobil listrik seringkali hanya dilihat dari sisi baterai dan jarak tempuh. Namun, inovasi sesungguhnya justru terjadi di tempat-tempat yang tak terduga: dalam desain motor, dalam efisiensi sistem, dan dalam keberanian untuk membuang yang lama. Klaim "mobil tanpa rem belakang" dari Mercedes ini mungkin terdengar seperti fiksi hari ini. Tetapi, dengan motor 12,7 kg berdaya 1.006 hp itu sudah berwujud nyata di pabrik YASA, fiksi itu sedang dalam perjalanan cepat untuk menjadi fakta di jalanan kita. Saatnya menyiapkan diri untuk menyetir mobil yang tidak hanya lebih bersih, tetapi juga lebih sederhana, lebih ringan, dan lebih cerdas dari yang pernah kita bayangkan.

SHARE: