Technologue.id, Jakarta - Pasar mobil bekas Indonesia saat ini sedang berada di jalur pertumbuhan yang dipicu oleh sejumlah tren : meningkatnya digitalisasi penjualan mobil bekas; hadirnya opsi yang lebih variatif untuk berbagai kebutuhan keuangan ; dan pandemi COVID-19, yang mendorong naiknya tren kepemilikan mobil pribadi.
Salah satu hasil dari pertumbuhan tersebut adalah Broom, sebuah startup digital yang didirikan pada 2021 dengan misi pemberdayaan ekosistem showroom mobil bekas di Indonesia, yang kerap terbatas dari segi akses modal dan kurang terorganisasi.
Baca Juga:
Mobil Listrik Duet Sony-Honda Ramaikan CES 2023
Startup ini didirikan ketika Pandu Adi Laras, chief executive officer (CEO) dan salah satu pendiri Broom, ingin menjual mobilnya beberapa tahun yang lalu, karena ia membutuhkan uang tunai untuk renovasi rumah. Namun saat itu, dealer mobil bekas yang dikunjungi Pandu tidak mampu membeli kembali mobilnya karena keterbatasan uang dan modal sehingga mereka hanya bisa menawarkan tukar tambah. Isu yang ditemuinya ini cukup umum di kalangan dealer mobil bekas Indonesia dan dari situlah Pandu mencetuskan ide untuk mendirikan Broom.
Bersama dengan Co-founder dan chief financial officer (CFO) Andreas Sutanto, Pandu mulai membangun Broom. Pada tahun berikutnya, Broom meluncurkan ‘Buyback’, layanan andalan mereka untuk membantu dealer mobil bekas di Indonesia yang kesulitan mendapatkan modal.
“Dengan Buyback, para dealer mobil dapat mengoptimalkan inventaris mereka dan mempercepat perputaran modal sehingga (pada akhirnya akan) meningkatkan pendapatan mereka; aplikasi kami memungkinkan mereka mengelola aliran masuk dan keluar dengan mudah dan berdagang dengan dealer lain dalam ekosistem kami,” jelas Pandu.
Buyback menyediakan modal kerja jangka pendek kepada dealer mobil melalui layanan penjualan mobil temporer. Skema Buyback memungkinkan dealer mobil menjual inventori mobil mereka secara sementara, sehingga mereka dapat menggunakan dananya untuk upaya bisnis lainnya, dan memudahkan dealer mobil untuk membeli kembali mobil tersebut saat jatuh tempo.
Selama proses, mereka juga dapat menjual mobil tersebut ke pelanggan, sehingga dealer mobil dapat mengoptimalkan perputaran inventarisnya maupun modal kerjanya. Selain itu, Broom juga menawarkan platform manajemen showroom digital yang dapat membantu mereka mengoperasikan bisnis dengan lebih efisien.
Baca Juga:
CARRO Square Resmi Dibuka, Konsep Pemasaran Mobil Bekas secara Hybrid
Pada Selasa (14/03) lalu, Broom mengumumkan telah berhasil mendapatkan pendanaan Pra-Seri A senilai 10 juta dolar AS (setara Rp155 miliar). Pendanaan tersebut dipimpin oleh Openspace dengan partisipasi dari MUFG Innovation Partners, BRI Ventures, dan investor putaran terdahulu, AC Ventures dan Quona Capital.
"Kami sangat senang dapat bermitra dengan Broom dalam misi mereka mengubah cara kerja pembiayaan dealer di Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi dan data, Broom membuka sumber pembiayaan baru bagi segmen yang sebelumnya relatif terabaikan," kata Direktur Eksekutif Openspace, Ian Sikora, dalam siaran persnya.
Pendanaan terbaru ini membawa jumlah total dana yang sudah terkumpul menjadi $13 juta, memungkinkan Broom untuk mendiversifikasi penawaran produknya dan mempercepat perputaran inventaris untuk mitra dealer dan Broom sendiri.
Baru-baru ini, Broom meluncurkan showroom offline pertamanya di mana para mitra dealer dapat memamerkan inventaris mereka ke lebih banyak pelanggan. Selain pendanaan dari investor, Broom juga mendapatkan pinjaman $12 juta dari DBS Indonesia dan BRI tahun 2022 lalu. Broom bermaksud untuk menangani lebih banyak transaksi dengan menggandakan fasilitas kreditnya dari pemberi pinjaman eksternal.
"Kami berterima kasih atas dukungan dari investor, pemberi pinjaman, dan mitra-mitra kami yang telah mendorong pertumbuhan kami sejauh ini. Kami yakin Broom telah menemukan rumus yang tepat untuk berkembang, dan kami bersemangat untuk melanjutkan perjalanan ini," kata Pandu.
Selama setahun terakhir, Broom mencatatkan transaksi yang mencapai angka 300 juta dolar AS (setara Rp4,65 triliun) dengan skema Buyback. Broom juga berhasil merangkul lebih dari 5.000 showroom mobil bekas serta membuka enam cabang di Jabodetabek, Surabaya, dan Yogyakarta. Hasilnya, Gross Merchandise Value (GMV) Broom telah meningkat 16 kali lipat dari tahun ke tahun.
Baca Juga:
Marketplace Otomotif Carro Raih Status Unicorn
Kesuksesan Broom juga tercermin dari pertumbuhan bisnis yang dialami oleh para showroom yang tergabung dalam ekosistemnya. Secara rata-rata, Broom telah membantu peningkatan ukuran inventaris, penjualan, dan profitabilitas showroom sebesar tiga kali lipat.
Beberapa pasar otomotif, seperti Carro, Carsome, dan OLX Indonesia, mencakup perdagangan dan pembiayaan untuk pelanggan langsung. sehingga Broom mencoba untuk membedakan dirinya dengan memberdayakan para dealer mobil yang jumlahnya mencapai lebih dari 50.000 showroom di Indonesia. Kedepannya, Broom juga berencana untuk ambil andil dalam dunia AI dengan membangun suatu model AI yang dapat menilai kualitas mobil.
“Pasar mobil bekas di Indonesia sangat besar namun masih terfragmentasi dan tidak terorganisir,” kata Nobutake Suzuki, Presiden dan CEO MUFG Innovation Partners. “Broom menggunakan pendekatan inovatif untuk mengembangkan solusi pinjaman berbasis aset yang lebih fleksibel, berbiaya lebih rendah, dan mudah diakses, sehingga dapat membantu memberdayakan para dealer kecil yang mendominasi transaksi mobil bekas di Indonesia.”