Contact Information

Alamat: Komplek Rumah Susun Petamburan Blok 1 Lantai Dasar, Tanah Abang - Jakpus 10260

We're Available 24/ 7. Call Now.
4 Faktor Kenapa Perempuan Harus Menguasai AI Generatif
SHARE:

Technologue.id, Jakarta - Penggunaan awal AI Generatif yang terlihat berfokus pada fungsi-fungsi yang secara historis didominasi oleh perempuan, seperti pemasaran dan layanan pelanggan, mengakibatkan banyak perempuan yang khawatir akan pekerjaannya saat ini.

Studi IBM Institute for Business Value (IBV) Women in Leadership pada tahun 2023 menemukan bahwa hampir 46% perempuan khawatir otomasi yang didorong oleh AI akan menggantikan mereka dalam pekerjaan, dibandingkan dengan hanya 37% pria yang memiliki kekhawatiran serupa.

Baca Juga:
Layanan Keuangan di Indonesia Mulai Adopsi Teknologi AI Generatif

Padahal, jika bisa memanfaatkan AI generatif dengan baik, perempuan bisa menempati posisi strategis dalam menentukan penggunaan teknologi yang relatif baru diadopsi beberapa tahun ke belakang. Dengan menjadi agen perubahan dan mengadopsi keterampilan penggunaan AI generatif dengan cepat, perempuan tidak hanya dapat memajukan karir mereka, tetapi juga bisa mengurangi mitos gender dan bias sistemik dalam dunia kerja.

Catherine Lian, General Manager & Technology Leader di IBM ASEAN, menekankan pentingnya momentum ini untuk dimanfaatkan secara optimal.

"Banyak perempuan yang tidak melihat AI generatif sebagai alat yang bekerja untuk mereka. Padahal, saat AI generatif merubah alur kerja dan menuntut transformasi di seluruh organisasi, perempuan memiliki kesempatan untuk mendapatkan posisi yang setara dengan laki-laki dalam karirnya," ujarnya.

Berikut empat alasan utama kenapa menciptakan lingkungan yang suportif, inklusif, dan edukatif untuk perempuan menjadi semakin penting:

Baca Juga:
Google I/O 2024 Ungkap Project Astra hingga AI Generatif Veo

Mengurangi bias gender dalam AI generatif

AI generatif dirancang untuk dapat memahami input atau prompt berdasarkan data yang sebelumnya telah digunakan untuk melatihnya. Data tersebut sering kali memiliki berbagai macam bias. Keterlibatan perempuan secara aktif pada AI Generatif sejak awal dapat mengurangi adanya bias dan ketidaksetaraan yang terjadi secara sistemik karena mereka bisa menyoroti hasil yang bermasalah dari awal.

Penelitian Female Leadership in the Age of AI dari IBM menemukan bahwa di Eropa, 73% pemimpin bisnis percaya bahwa memiliki lebih banyak pemimpin perempuan di sektor mereka berperan penting untuk mengurangi bias gender dalam AI—tetapi saat ini hanya 32% yang memiliki perempuan yang bertanggung jawab mengambil keputusan mengenai strategi AI.

Meningkatkan peran strategis perempuan di berbagai pekerjaan

Akan semakin sedikit perempuan yang menjadi pemimpin di masa depan jika perempuan tidak memanfaatkan AI generatif untuk mendapatkan keunggulan kompetitif saat ini. Penelitian IBV menunjukkan bahwa jumlah pemimpin perempuan semakin menyusut. Hanya 14% VP senior, 16% VP atau direktur, dan 19% posisi manajer senior dipegang oleh perempuan, di mana persentase tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2019.

Trend penurunan ini tidak baik untuk kesetaraan gender dan juga bagi bisnis. Ditambah lagi, penelitian juga menunjukkan bahwa organisasi-organisasi yang secara formal memprioritaskan penempatan perempuan dalam posisi kepemimpinan mengalami pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi dan memiliki tingkat retensi karyawan yang lebih tinggi.

Prev Next Page 1 of 2
SHARE:

Riset HP: Adopsi AI di Dunia Kerja Indonesia Alami Peningkatan

5 Seri Laptop HP Terbaru yang Punya Kemampuan AI